2 June 2013

Perihal Membaca Puisi


 Sejak duduk di bangku sekolah dasar Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling saya sukai. Namun saya selalu merasa tidak nyaman saat ditunjuk oleh guru untuk membaca puisi di depan kelas. Pun saat menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Jember. Kami tidak hanya dituntut menciptakan puisi namun juga mengkaji dan membawakannya.






Saya pada saat praktek membaca puisi WS Rendra di Panggung Terbuka (Desember 2008)




Dosen pengampu mata kuliah Puisi, Prof IC Sudjarwadi. Seorang Guru Besar, seniman juga seorang penulis


Membaca dan membuat puisi adalah dua hal yang berbeda. Saya sering membuat puisi namun tidak suka saat “disuruh” membaca puisi. Yang saya ingat saat berumur 9 tahunan saya sudah menciptakan sebuah puisi berisi kasih sayang seorang ibu. Itu adalah karya sastra pertama saya. Saya mengabadikannya di lembar kedua buku tulis. Saya lupa bagaimana tepatnya isinya, yang saya ingat di dalamnya ada kata ibu, cinta, melati dan putih. Entah dimana buku itu berada (kala itu saya bersekolah di SD Negeri Raja 1 Pangkalan Bun -  Kalimantan Tengah)



Saya dan Prof IC kembali bertemu di rumahnya yang unik (Januari 2013)

Prof IC pernah memuji saya, beliau bilang saya ekspresif dan mata saya “hidup”. Walaupun begitu saya tetap lebih suka berakting dalam suatu drama dibanding membaca puisi.
Namun sejak akhir januari lalu saya seakan ketagihan membaca puisi. Sesuatu yang dimulai dari kesadaran diri sendiri memang akan terasa lebih menyenangkan ya untuk dilakukan. Bukan atas suruhan orang lain, bukan karena kewajiban tapi karena mengikuti bisikan hati. 
Oya, berikut ini link beberapa puisi yang sudah saya baca :
Elfira Berpuisi 

6 comments:

  1. jadi pengen dengar mbak elfira baca puisi...
    bisa bkin merinding nggak ya... hehehe :P

    ReplyDelete
  2. baca puisi itu enak lho... ketagihan kan ketagihan... hahaha kapan lagi bisa bentak2 banyak orang pas di atas panggung? :D

    ReplyDelete
  3. Saya suka membaca puisi, dan ingin menularkannya pada anak2 saya :)

    ReplyDelete
  4. saya sepakat...sangat indah karena datangnya dari bisikan hati...
    kalo bisikan tetangga...beda lagi ya..hehe :)

    ReplyDelete
  5. mbak saya bisa minta info alamat rumah pak sudjarwadi sekarang, karena perumahan dosen sekarang sudah berubah, dan pak sujarwadi pindah keman saya tidak tahu,nama saya liswati, mahasiswa IKIP jurusan sejarah angk 93

    ReplyDelete
  6. berkaryalah terus mbak ! melihat mbak duduk bersama pak Sudjarwadi mengingatkan masa silam saya. salam buat pak Sujarwadi; bawalah Sastra Unej itu ke langit yang tinggi, yang tinggi sekali dan pancangkan merah putih di sana .

    em.ali,jh. angk.77

    ReplyDelete