Seseorang yang saya kenal selama 4 tahun, yang tidak pernah
bertemu di dunia nyata, yang sedari dulu tidak pernah cerita ini itu, yang
hanya berkomunikasi sebatas tanya kabar dan saling kontak saat lebaran juga
saat mengulang hari lahir, tiba-tiba saja bercerita panjang lebar mengenai
kebimbangannya saat ini.
Ternyata pacarnya adalah seseorang yang emosional, sering
melakukan kekerasan fisik. Karena tidak tahan maka ia memutuskan untuk
selingkuh. Lalu masalah pun bertambah runyam.
Sekitar setahun lalu saya mendapat kabar mengenai seorang
teman yang (katanya) kecelakaan motor begitu parah. Beberapa hari kemudian ia
mendatangi saya, meminta saya untuk memotretnya. Saat itu saya masih dalam
kondisi kaget melihat rupanya. Kala itu saya membatin “Ini mah bukan kecelakaan!
Kayak dihajar orang gini...” Namun saat itu saya berusaha menghargai teman saya
dengan mendengarkan penjelasannya tentang kronologi kecelakaan itu, tanpa menginterupsi lalu
memotretnya.
Berbulan-bulan kemudian tanpa saya sangka teman saya ini
akhirnya mau jujur mengenai hal tersebut dan tepat sekali feeling saya waktu
itu. Ternyata ia dihajar... Ia bercerita mengenai pacarnya yang posesif,
selain menyiksa dirinya juga menteror keluarganya. Hati teriris saat ingatan
kembali menjejaki mukanya sewaktu saya potret : bonyok, lebam ungu nyaris
kehitaman hampir memenuhi wajahnya, hidungnya patah dan ada darah yang membeku
di mata kirinya.
Saya juga kenal seseorang yang “terlihat” baik-baik saja,
ceria, ketawa dengan lepas, tidak pernah mengeluhkan soal pasangannya seperti
kebanyakan perempuan-perempuan sebaya yang saya kenal. Kebahagiaan mendominasi
cerita yang ia bagikan kepada orang lain. Namun akhirnya terkuak bahwa
kekasihnya meludahi, memukul juga menendangnya. Berkali-kali...
Pikiran saya pun melayang ke beberapa tahun silam. Hampir
tengah malam tiba-tiba seorang teman menghubungi saya, meminta izin untuk
menginap di kosan. Saat datang wajahnya pucat.
“Neng, tolong aku...” ia hampir menangis. Memang tidak pernah ia disakiti secara fisik, namun malam
itu ternyata pasangannya mengancam untuk bunuh diri (lagi).
Ada juga seorang pengantin baru yang saking takutnya bahkan
berkata kalau ia meninggal dalam waktu dekat bagaimana pun jasadnya harus
kembali pulang.
Kekerasan dalam suatu hubungan bisa bermacam-macam
bentuknya. Mulai dari kekerasan verbal hingga kekerasan fisik. Cacian, makian
dengan kata-kata binatang, larangan yang tidak masuk akal, kebebasan
berekspresi yang dikebiri, hingga pukulan bertubi-tubi. Entah karena memang
pada dasarnya pelaku orang yang emosional, istri yang suka berulah, dll.
Manusia yang dilabeli orang
“sudah dewasa” pun terkadang tidak mampu menghadapi suatu kondisi yang
menimpanya. Apalagi anak kecil. Suatu kekerasan tidak hanya meninggalkan trauma
kepada korban tapi bisa juga berimplikasi kepada pihak ketiga yang
menyaksikannya. Ada pelaku pembunuhan yang mengaku terbiasa melihat orangtuanya
bertengkar di depannya, hingga alam bawah sadarnya melegalkan kekerasan.
Adapula seorang gadis yang menjadi lesbian karena tidak mempercayai laki-laki
setelah melihat ayahnya menyiksa ibunya. Hingga ada orang yang tidak
mempercayai Tuhan karena kejadian-kejadian yang menurutnya timpang tersebut. Menggugat
eksistensi Tuhan dengan caranya sendiri.
Manusia selalu mempunyai kekurangan. Orang yang sudah
berumahtangga selama 50 tahun pun pasti bertengkar. Jangankan orang lain, yang
sedarah pun pasti begitu. Dalam hubungan apapun ketika berinteraksi dengan
orang lain pasti ada koneksi positif maupun riak yang sukar dielakkan.
Bagaimana menjaga sikap, berbesar hati, toleransi juga menyeimbangkan ritme
agar sama-sama selaras. Menjadikan sebuah hubungan semakin bermanfaat untuk
pribadi satu sama lain.
Semoga jiwa-jiwa yang tertekan segera disembuhkan. Semoga
jiwa-jiwa yang gelap segera diterangi cahaya. Semoga jiwa-jiwa yang terbungkus
kesedihan segera dibahagiakan. Semoga
jiwa ini senantiasa belajar dari apa yang kita dan mereka hadapi.
:O iiih seram sekali :O semoga kita dihindarkan dari laki2 yang tidak pede itu ya
ReplyDeletenice post
ReplyDeletevisit back:
bolonzine.blogspot.com
aku juga pernah ngalamin hal yang sama. kDRT secara verbal, psikis. Dan itu aku jalani belasan tahun. Sekarang dah ga lagi, coz suami dah almarhum. Tapi kalau ketemu pasangan dgn tipe kayak dia lagi, o'ow, jangan harap aku tanpa perlawanan.
ReplyDeleteHehe, nice posting
Hmm. Baru jadi pacar saja sudah seperti itu,bagaimana jika nanti jadi suami? Kenapa tak dilaporin saja ke polisi mbak? Tapi sudahlah,kadang cinta itu membuat buta seseorang. Semoga si lelaki sadar deh dengan kelakuannya
ReplyDelete