Cerita rakyat Indonesia pernah Berjaya di
telinga, hati dan pikiran anak-anak Indonesia sekitar setengah abad lalu.
Ketika radio, televisi dan internet belum menyapa mereka. Dari kamar-kamar
berlistrik yang terang di kota hingga kamar-kamar pengap berlampu minyak di
pelosok desa, cerita rakyat mengalir dari mulut ibu, bapak, kakek, nenek atau
siapa saja yang bisa bercerita, ke telinga anak-anak terutama pada saat
menjelang tidur.
Sejatinya cerita-cerita rakyat tersebut
telah menjadi produk yang berharga dalam sebuah keluarga karena telah
menghubungkan batin dan kasih orangtua dengan hati dan pikiran anak-anaknya.
Dalam buku Mutiara Tersisa III Kearifan
Lokal Dalam Cerita Rakyat Using ini ada 9 cerita dari Banyuwangi yaitu : Sri
Tanjung, Sesal Kemudian Tak Berguna, Syeh Wali, Lanang, Barong, Mas Tawang
Alun, Buyut Cungking, Buyut Cili, Watu Kebo dan Minak Jingga.
Uniknya, buku yang disusun oleh Ayu
Sutarto, Marwoto dan Heru SP Saputra ini disajikan dalam 3 bahasa yaitu Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Using.
Ayu Sutarto, Marwoto dan Heru SP Saputra |
Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik.
Sejak kecil saya suka sekali membaca cerita
rakyat. Santoso Slamet, ayah saya sering membelikan buku cerita rakyat dari
seluruh Indonesia. Saya juga menikmati cerita-cerita rakyat dari Banyuwangi.
Ayah saya juga lahir di Genteng, salah satu kecamatan disana.
Berikut ini link dua cerita rakyat
Banyuwangi yang saya baca dari buku ini :
Cerita Buyut Cili, untuk mendengar sila klik disini
Cerita Buyut Cungking, untuk mendengar sila klik disini
Sampai saat saya menulis postingan ini,
sudah lebih dari 251 kali rekaman tersebut diputar. Saya mohon maaf, rekamannya
gak sempurna. Ada bagian dimana lidah keselip hehehe…
Oya, untuk melihat foto-foto launching buku ini sila klik disini
terima kasih kak, postingannya sangat membantu. matappp
ReplyDelete