7 June 2013

Pementasan "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan"


Berkisah mengenai seorang lelaki yang berencana mencuri mayat sebagai syarat pesugihan.  Mayat yang diincar adalah Lek Rukmini yang meninggal pada hari Selasa Kliwon. Sebagian masyarakat Jawa memang menganggap sakral hari Selasa dan Jumat Kliwon. Karena itu kuburan Lek Rukmini dijaga oleh 3 orang penduduk desa.



 
Si Pencuri Mayat berhasil membuat mereka tertidur dengan mantra yang ia ucapkan. 






Lalu ia mulai menggali kuburan menggunakan tangannya. Lagi-lagi karena itu adalah salah satu syarat yang harus ia lakukan.
Saat menggali kuburan itulah melalui monolognya terungkap alasan mengapa ia nekat melakukan aksi tersebut. Juga mimpi-mimpinya ketika kelak ia berhasil menjadi orang kaya.   
Nasib tidak pernah berpihak pada orang susah. Roda memang bisa berputar, tetapi roda milikku macet. Sehingga aku selalu di bawah.
Aku harus berhasil, harus berusaha keras menggali kubur ini dengan tanganku, biarpun tangan ini lecet, kotor, tak apa. Sakit ini hanya untuk sementara. Tetapi lihat saja hasilnya nanti, kalau aku sudah berhasil menggigit kedua telinga mayat ini, oh… lihat saja. Aku pasti akan kaya raya. Aku pasti bisa mendandani istriku dengan sepasang subang emas berlian di telinganya.
Di tangannya melilit ular-ularan dari emas. Giginya emas… Ah tidak, bukan gigi emas, gigi emas sudah kuno. Akan aku hiasi lehernya dengan kalung emas yang berat, cincin, gincu yang mahal, bedak yang bagus seperti artis-artis sinentron .
Anak-anakku pasti tidak akan diejek lagi kalau sekolah, karena kemarin-kemarin kalau ke sekolah tidak pakai sepatu, akan aku belikan sepatu yang paling mahal seperti yang diiklankan di televisi. Uang SPP-nya tidak akan nunggak, aku bisa beli truk untuk usaha adikku yang bungsu, bisa beli rumah yang bagus, tidak kesulitan jika ada sumbangan ini sumbangan itu. Semua pasti beres, beres… res… res… 

Namun saat ia berhasil mengangkat mayat tiba-tiba saja ada segerombolan anjing yang datang menyerbu kuburan dan memakan mayat yang hendak dicuri tersebut! Suara anjing yang menyalak begitu keras akhirnya membangunkan tiga penjaga dan para penduduk desa pun berdatangan ke kuburan. Bersama-sama menghajar Si Pencuri Mayat tersebut. 







*

Saya menyaksikan pementasan seru ini di Gedung PKM Universitas Jember dalam rangkaian acara Parade Teater Jember yang diadakan selama seminggu penuh. Teater Titik tampil menarik melakonkan “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan” karya Puthut Buchori tersebut. Naskah ini diadaptasi dari cerpen Kuntowijaya dengan judul sama.

Ini adalah salah satu karya sastra yang menggelitik nyinyir. Fenomena seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak hanya orang miskin, bahkan orang yang kaya dan berpendidikan pun bisa saja melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Ada pula golongan manusia yang tunduk kepada sistem, mengekor kepada sesuatu. 


Manusia dan anjing, berupa hewan yang katanya “tidak berakal” mendadak bisa menjadi sama berjajar. Tak ada bedanya. Manusia yang mencuri mayat sesama, anjing yang memakan bangkai. Si Pencuri Mayat melakukan itu karena kebutuhanya untuk hidup dan anjing pun melakukan hal tersebut karena insting untuk kelangsungan hidupnya. Juga para warga yang telah bertindak anarkis dengan main hakim sendiri, mengahajar Si Pencuri Mayat. Sebenarnya tak ada bedanya dengan perbuatan yang dilakukan pencuri itu. Jika pencuri itu “menganiaya” manusia yang telah mati, orang-orang desa tersebut justru menganiaya manusia yang masih hidup.

Lalu mana yang “anjing” ? = ) Hehehe...

Salah satu warga yang bijak akhirnya datang melerai dan berkata :
Emosi ya emosi, tapi ya mbok yang terkendali. Kalau kalian main aniaya seenaknya pada orang ini, kalian tak ubahnya orang ini. Orang ini menganiaya, menyakiti orang mati, kalian malah menganiaya, menyakiti orang hidup yang sudah tak mampu melawan seperti ini.
Sejak pindah kembali ke Jawa Timur, saya sering menyaksikan orang-orang yang dengan gampang mencaci sesama dengan kata “patek!” dan “asu!” yang berarti anjing. Di jaringan sosial juga dengan mudah mendapatkan ababil yang mengucapkan “anjing lu!”. Kata anjing identik dengan makian. Segitu hinanya kah anjing? 

Hidup juga mengajarkan saya bahwa anjing adalah salah satu simbol kesetiaan. Dalam surat Al-Kahfi Allah bahkan berfirman mengenai anjing yang masuk surga. Saya suka sekali dengan kisah Ashabul Kahfi ini. Saya juga suka lagu yang dibawakan Raihan mengenai mereka, saya bahkan menyanyikannya kembali di  Elfira is singing "Ashabul Kahfi"


Lah kenapa jadi promosi? HAHAHAH. Oke oke tulisan ini mulai gak fokus =p jadi sebaiknya disudahi saja  


3 comments:

  1. saya belum pernah liat pementasan teater gitu, padahal sering liat posternya -_-' tapi kok ya gg pernah dicatet tanggalnya hhohho

    ReplyDelete
  2. saya sering dengar teater univ jember ini..

    semoga suatu ketika keturutan nonton di sana :)

    *trimakasih sudah mampir di blog saya :)

    ReplyDelete