5 June 2013

Kekerasan Dalam Sebuah Hubungan


Seseorang yang saya kenal selama 4 tahun, yang tidak pernah bertemu di dunia nyata, yang sedari dulu tidak pernah cerita ini itu, yang hanya berkomunikasi sebatas tanya kabar dan saling kontak saat lebaran juga saat mengulang hari lahir, tiba-tiba saja bercerita panjang lebar mengenai kebimbangannya saat ini.

Ternyata pacarnya adalah seseorang yang emosional, sering melakukan kekerasan fisik. Karena tidak tahan maka ia memutuskan untuk selingkuh. Lalu masalah pun bertambah runyam. 



Sekitar setahun lalu saya mendapat kabar mengenai seorang teman yang (katanya) kecelakaan motor begitu parah. Beberapa hari kemudian ia mendatangi saya, meminta saya untuk memotretnya. Saat itu saya masih dalam kondisi kaget melihat rupanya. Kala itu saya membatin “Ini mah bukan kecelakaan! Kayak dihajar orang gini...” Namun saat itu saya berusaha menghargai teman saya dengan mendengarkan penjelasannya tentang kronologi kecelakaan itu, tanpa menginterupsi lalu memotretnya. 

Berbulan-bulan kemudian tanpa saya sangka teman saya ini akhirnya mau jujur mengenai hal tersebut dan tepat sekali feeling saya waktu itu. Ternyata ia dihajar... Ia bercerita mengenai pacarnya yang posesif, selain menyiksa dirinya juga menteror keluarganya. Hati teriris saat ingatan kembali menjejaki mukanya sewaktu saya potret : bonyok, lebam ungu nyaris kehitaman hampir memenuhi wajahnya, hidungnya patah dan ada darah yang membeku di mata kirinya. 

Saya juga kenal seseorang yang “terlihat” baik-baik saja, ceria, ketawa dengan lepas, tidak pernah mengeluhkan soal pasangannya seperti kebanyakan perempuan-perempuan sebaya yang saya kenal. Kebahagiaan mendominasi cerita yang ia bagikan kepada orang lain. Namun akhirnya terkuak bahwa kekasihnya meludahi, memukul juga menendangnya. Berkali-kali...

Pikiran saya pun melayang ke beberapa tahun silam. Hampir tengah malam tiba-tiba seorang teman menghubungi saya, meminta izin untuk menginap di kosan. Saat datang wajahnya pucat.
“Neng, tolong aku...” ia hampir menangis. Memang tidak pernah ia disakiti secara fisik, namun malam itu ternyata pasangannya mengancam untuk bunuh diri (lagi). 

Ada juga seorang pengantin baru yang saking takutnya bahkan berkata kalau ia meninggal dalam waktu dekat bagaimana pun jasadnya harus kembali pulang. 

Kekerasan dalam suatu hubungan bisa bermacam-macam bentuknya. Mulai dari kekerasan verbal hingga kekerasan fisik. Cacian, makian dengan kata-kata binatang, larangan yang tidak masuk akal, kebebasan berekspresi yang dikebiri, hingga pukulan bertubi-tubi. Entah karena memang pada dasarnya pelaku orang yang emosional, istri yang suka berulah, dll.

Manusia yang dilabeli orang  “sudah dewasa” pun terkadang tidak mampu menghadapi suatu kondisi yang menimpanya. Apalagi anak kecil. Suatu kekerasan tidak hanya meninggalkan trauma kepada korban tapi bisa juga berimplikasi kepada pihak ketiga yang menyaksikannya. Ada pelaku pembunuhan yang mengaku terbiasa melihat orangtuanya bertengkar di depannya, hingga alam bawah sadarnya melegalkan kekerasan. Adapula seorang gadis yang menjadi lesbian karena tidak mempercayai laki-laki setelah melihat ayahnya menyiksa ibunya. Hingga ada orang yang tidak mempercayai Tuhan karena kejadian-kejadian yang menurutnya timpang tersebut. Menggugat eksistensi Tuhan dengan caranya sendiri. 

Manusia selalu mempunyai kekurangan. Orang yang sudah berumahtangga selama 50 tahun pun pasti bertengkar. Jangankan orang lain, yang sedarah pun pasti begitu. Dalam hubungan apapun ketika berinteraksi dengan orang lain pasti ada koneksi positif maupun riak yang sukar dielakkan. Bagaimana menjaga sikap, berbesar hati, toleransi juga menyeimbangkan ritme agar sama-sama selaras. Menjadikan sebuah hubungan semakin bermanfaat untuk pribadi satu sama lain. 

Semoga jiwa-jiwa yang tertekan segera disembuhkan. Semoga jiwa-jiwa yang gelap segera diterangi cahaya. Semoga jiwa-jiwa yang terbungkus kesedihan segera dibahagiakan.  Semoga jiwa ini senantiasa belajar dari apa yang kita dan mereka hadapi.

4 comments:

  1. :O iiih seram sekali :O semoga kita dihindarkan dari laki2 yang tidak pede itu ya

    ReplyDelete
  2. nice post

    visit back:
    bolonzine.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. aku juga pernah ngalamin hal yang sama. kDRT secara verbal, psikis. Dan itu aku jalani belasan tahun. Sekarang dah ga lagi, coz suami dah almarhum. Tapi kalau ketemu pasangan dgn tipe kayak dia lagi, o'ow, jangan harap aku tanpa perlawanan.
    Hehe, nice posting

    ReplyDelete
  4. Hmm. Baru jadi pacar saja sudah seperti itu,bagaimana jika nanti jadi suami? Kenapa tak dilaporin saja ke polisi mbak? Tapi sudahlah,kadang cinta itu membuat buta seseorang. Semoga si lelaki sadar deh dengan kelakuannya

    ReplyDelete