23 April 2011

Donor Darah Pertamaku :)

Sudah lama saya ingin mendonorkan darah, tapi gagal karna yang namanya ketakutan. Namun tekad saya bulat saat melihat salah satu events di Facebook. “Pokoknya aku gak boleh ciut lagi” batin saya saat itu setelah selesai membacanya.

Sehari sebelumnya saya menyampaikan keinginan saya untuk mendonorkan darah kepada Mamak dan Ayah. Gantian mereka yang menceritakan pengalamannya. Mamak bilang Mamak dulu niat donor tapi ternyata berat badannya waktu itu kurang sehingga akhirnya beliau ditolak, pengalaman Ayah pun ternyata kurang menyenangkan.

Malamnya saya gelisah, akhirnya googling tentang syarat-syarat donor.

Besok paginya saya sarapan di warung Pak Wowo di Jalan Jawa 8. Pada saat beliau menyajikan makanan untuk saya, saya iseng tanya “Pak. Bapak sudah pernah donor darah belum?”

Ternyata eh ternyata pengalamannya sangat-sangat buruk! Pak Wowo menceritakan sensasi aneh saat darahnya disedot, tentang jarum suntik yang besar, tentang rasa seperti melayang setelah prosesnya hampir selesai dan tentang ia yang sampai berjanji gak mau donor darah lagi.

Karena mendengar pengalaman yang gak enak itu ketakutan saya muncul kembali. Membuat saya merinding.


Namun cepat-cepat saya dan ilul, adik kos saya bergegas ke FKIP Universitas Jember, tempat terselenggaranya donor darah. Sampai disana ternyata banyak yang antri.








Saya mengisi formulir lalu antri dengan detak jantung yang semakin lama terasa semakin cepat. Saya melihat jumlah stok darah yang dipampang di meja petugas. Donor darah ini diadakan selama 2 hari dan ini adalah jumlah stok darah dari hasil donor kemarin.




Golongan darah saya B, pasti akan semakin banyak jumlah stoknya :p

Oya selama antri nunggu giliran dipanggil saya gak bisa tenang. Mondar-mandir gak karuan. Saya juga nanya-nanya ke beberapa orang yang sedang antri tentang gimana sakitnya donor, tentang berapa kali mereka sudah mendonorkan darah. Ternyata dari semua yang saya tanya rata-rata 3 atau 4 kali.

Saya juga mendengar keluhan beberapa orang yang ternyata ditolak karna darah rendah.

Makin teganglah saya.

Setengah jam sudah lewat dan saya belum dipanggil juga. Saya akhirnya duduk di samping Ilul. Di saat duduk itulah ada laki-laki berbadan besar yang tiba-tiba pingsan di depan mata saya! Gak hanya itu perempuan yang duduk gak jauh dari tempat saya pun tiba-tiba merosot pingsan dari kursinya! 2 orang itu pingsan setelah donor. Saya langsung komat-kamit ngobrol sama Allah dalam hati dan meminta-Nya untuk menghentikan “kejutan-kejutan” yang membuat saya semakin lemes ini. Tangan saya sampai basah, pengen pipis dan mules juga rasanya.

DAN JRENG – JREEEEEEENG

Tiba-tiba petugas menyebut “Elfira Arisanti” ! hwa hwaaaahh rasanya ingin lari dari tempat itu. Tapi gak boleh.

“Udah Ra, udah tanggung nyampe sini...” kata suara di hati saya.

“Inget, kamu kan pengen nolong orang Ra...” kata suara yang lain.

Akhirnya pelan-pelan saya berjalan menuju meja petugas. Tensi darah saya diukur (tegang tu muka! HHAAAAHAAAA)




Alhamdulillah normal, padahal saya udah takut ditolak kayak perempuan-perempuan yang mengeluh di depan saya tadi.

Setelah ditensi dan diperiksa golongan darah saya langsung disuruh tiduran. Saya heran karna sebelum-sebelumnya yang saya lihat setelah dari meja petugas itu pendonor menimbang berat badannya.

“Loh Mbak, aku gak ditimbang dulu nih?” kata saya ke Mbak-Mbak petugas.
“Ah gak perlu, udah keliatan kok. Lebih dari 45 kan?” kata si Mbak-Mbak petugas.
“Ehehehe iya.... “dan saya pun mesem-mesem malu :p

Selanjutnya pelan-pelan saya menuju tempat penyedotan :p




Rasa tegang semakin menggila.

Mari kita zoom :




Ya, difoto ini terlihat wajah saya yang rasanya kaku dan gak berasa manusia lagi.

“Mbak sakit tah? Kok bau minyak telon?” tanya si Mbak penyedot saat saya baru sampai di dekatnya.
“Oh gak Mbak. Ini karna kebiasaan kalo habis mandi harus pake minyak telon hehe...”

Suasana mencair (DIKIT!)

“Loh Mbak, ini belum disuntik kok tangannya udah lemes duluan????” tanya si Mbak penyedot lagi saat mulai memegang tangan saya yang kayak Harry Potter yang hilang tulang tangannya.
“Ehehe... tegang aku Mbak. Ini pertama kalinya aku donor darah Mbak...” jawab saya sambil nyengir kuda.

Si Mbak penyedot mulai meraba-raba siku saya. Selanjutnya saya nengok dan melihat si Mbak menempelkan kapas basah (alkohol kan ya?” . Saat itu saya bisa merasakan cepatnya detak jantung saya. Selanjutnya saya ngintip si Mbak penyedot ternyata mengeluarkan jarum suntik yang paling besar yang pernah saya lihat. Saya makin lemes, makin deg-degan. Berlebihan, rasanya pengen loncat aja terus lari sekenceng-kencengnya.

“Jangan lihat saat jarumnya nyentuh kulitmu” tiba-tiba saya ingat pesan laki-laki yang entah namanya siapa itu, salah satu lelaki yang saya “wawancarai” saat antri tadi.

Si Mbak penyedot menyuruh saya untuk mengepalkan tangan saya dan menggenggamnya kuat.

“Yang kuat banget tah Mbak?” tanya saya bergetar
“Iya Mbak, yang kuat ya....:” katanya sambil mendekatkan jarum.
“Bismillah...” batin saya.



Saya langsung mengalihkan muka saya ke atap. Memejamkan mata. Komat-kamit menghipnotis diri akan baik-baik saja. Dan...... JREEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENG! TERNYATA GAK SAKIT! SERIOUSLY GAK SAKIT!!!!!! TERNYATA DONOR DARAH GAK SESEREM YANG SELAMA INI SAYA BAYANGKAN!

Saat itu rasanya saya ingin teriak bilang gak sakit ke semua orang :p

Saya begitu gembira saat saat membuka mata dan tau ternyata si jarum udah nempel dengan darah saya ternyata sudah mengalir! Saya gak berenti ketawa-ketawa bahagia.





2 orang ini tampaknya sangat sangat heran melihat kenapa saya ketawa-ketawa terus :p

Serius, rasanya gak begitu sakit. Menurut saya malah lebih sakit saat si Mbak petugas memeriksa kembali golongan darah saya (dengan alat yang kayak staples itu loh. Apa ya namanya?). Alat itu dijepretin ke jari tengah saya.

Awal-awal saat darah disedot rasanya tu gak ada rasa hehe. Gak lama kemudian siku saya mulai terasa hangat. Setelah itu rasa pegal-pegal mulai melanda (Oya rasa pegal ini hilang keesokan harinya).

Proses penyedotan itu berlangsung kira-kira 10/15 menit. Setelah jarum dicabut pendonor harus duduk selama beberapa menit sebelum akhirnya berdiri pulang.



Oya Mamak langsung menyuruh saya untuk minum kacang ijo.



Btw ini ada beberapa syarat donor darah yang saya dapat dari Blood For Life Indonesia :

* Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua)
* Berat badan minimal 45 kg
* Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius
* Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg
* Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit
* Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram
* Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

***

Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:

* Pernah menderita hepatitis B
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga
* Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil
* Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
* Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria, atau profilaksis
* Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin
* Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
* Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang
* Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit
* Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan
* Sedang menyusui
* Ketergantungan obat
* Alkoholisme akut dan kronis
* Mengidap Sifilis
* Menderita tuberkulosis secara klinis
* Menderita epilepsi dan sering kejang
* Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk
* Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera
* Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril)
* Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah.

No comments:

Post a Comment